Minggu, 31 Maret 2013

Peran guru dalam teori kontruktivisme


BAB I PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
        Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka. Tokoh yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

1.2            Rumusan Masalah
1.      Apa arti dari Teori Konstruktivisme?
2.      Siapakah sajakah tokoh dalam Teori Konstruktivisme?
3.      Bagaimana proses pembelajaran menurut Teori Konstruktivisme?
4.      Bagaimana peran guru dalam Teori Konstruktivisme?
1.3            Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui arti Teori konstruktivisme
2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam Teori Konstruktivisme
3.      Untuk mengetahui proses pembelajaran menurut Teori Konstruktivisme
4.      Untuk mengetahui peran guru dalam teori Kosntruktivisme

BAB II PEMBAHASAN


2.1 Arti Teori Konstruktivisme
            Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Dan teori konstruktivisme adalah teori yang memahami belajar sebagai kegiatan manusia yang bersifat membangun dan menciptakan suatu pengetahuan dengan memberi makna pengetahuannya yang sesuai dengan pengalaman seseorang yang mempunyai pengetahuan lebih dinamis.
Teori konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
  1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
  2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
  3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
  4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
  5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
  6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
2.2 Tokoh yang berperan dalam Teori Konstruktivisme
            Ada 2 tokoh yang berperan dalam teori ini yaitu jean piaget dan vygotsky
a.      Jean piaget
Teori jean piaget sangatlah terkenal dan merupakan bagian dari teori kognitif yaitu teori perkembangan mental.
            Menurut piaget, Teori belajar berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
            Pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran siswa melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru. Pengetahuan tidak diperoleh pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkanperkembangan kognitif siswa tergantung pada seberapa jauh mereka aktif  memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
            Piaget  juga dikenal sebagai konstruktivis pertama, ia menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapanagan.
            Ada 3 hukum  atau dalil pokok piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau disebut tahap perkembangan mental, yaitu :
1.       Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama.
2.      Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan
3.      Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

b.      Vygotsky
Menurut vigotsky, bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya. Jadi inti dari konstruktivisme menurut vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Adapun implikasi teori konstruktivisme dalam pendidikan anak adalah :
1.      Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2.      Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
3.      Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.        
2.3. Pembelajaran dalam teori konstruktivisme
            Menurut teori konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak bisa dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Maksutnya, dalam teori konstruktivisme siswa harus aktif secara mental untuk membangun struktur pengetahuannya berdasarakan kematangan kognitif yang dimilikinya, jadi siswa tidak diharapakan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan ilmu-ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendaka guru sendiri.
Ada 3 penekanan dalam teori belajar konstruktivisme, yaitu :
1.      peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
2.       pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
3.       mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Dan didalam pembelajaran konstruktivisme juga terdapat dua prinsip utama, yaitu:

1.       Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, namun secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
2.      Fungsi kognitif bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Pembelajaran yang mengacu pada teori konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dan siswa lebih diutamakan untuk membangun atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran konstruktivisme, yaitu :

1.      Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa

Kegiatan pembelajaran ditunjukan untuk menbantu siswa dalam mengkonstruksi atau membangun suatu pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan bekal atau pengetahuan awal yang dimilikinya dengan memanfaatkannya. Oleh karena itu, pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi padadiri siswa.



2.      Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna
            Segala kegitan pembelajran dirancang sedemikian rupa sehingga      bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar    siswa bener-bener dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan             melakukan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk        mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan sumber    daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga penerapan konsep.
3.      Adanya lingkungan sosial yang kondusif

Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.

4.      Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri
            Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan   refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
5.      Ada usaha untuk mengenalkan siswa pada dunia ilmiah

Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang “kehidupan” ilmuwan.

            pembelajaran kontruktuvisme merupakan pembelajaran yang cukup baik dimana siswa dalam pembelajaran terjun langsung tidak hanya menerima pelajaran yang pasti seperti pembelajaran behavioristik. Misalnya saja pada pelajaran pkn, tentang tolong menolong dan siswa di tugaskan untuk terjun langsung dan terlibat mengamati suatu lingkungan bagaimana sikap tolong menolong terbangun. Dan setelah itu guru memberi pengarahan yang lebih lanjut. Siswa lebih mamahami makna ketimbang konsep.
2.4.                    Peran guru dalam teori konstruktivisme
           Menurut carnegie tentang pendidikan dan ekonomi terdapat sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah :
Memiliki pemahaman tentang kerja baik fisik maupun sosial, memiliki kemampuan mngumpulkan dan menganalisis data, memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, memiliki kemampuan mempercepat kreativitas siswa, dan memiliki kemampuan kerja sama dengan orang lain.
          Guru tidak diharuskan memiliki semua pengetahuan, tetapi hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang mereka perlukan, dimana memperolehnya, dan bagaimana memaknainya. Disamping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam.
          peranan guru tidak lebih sebagai fasilitator, suatu posisi yang sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Tugas sebagai fasilitator lebih berat dibandingkan hanya sebagai transmiter pembelajaran. Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancah, model, pelatih, dan pembimbing. Disamping sebagai fasilitator, secara lebih spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah expret learnes, sebagai manager, dan sebagai mediator.
          Sebagai expert learnes, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan msalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomor siswa.
          Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar siswa dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan interpesonal, dan memonitor ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas.
          Sebagai mediator, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal,  menjelaskan bagaimana menghubungkan gagasan-gagasan para siswa, dan pemodelan proses berpikir dengan menunjukan kepada siswa agar mampu berpikir kritis.
          Peran guru adalah menciptakan dan memahani sintaks pembelajaran. Sintaks pembelajaran adalah langkah-langkah operasional yang dijabarkan berdasarkan teori desain pembelajaran. Sintaks pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivistik seringkali mengalami adapatasi sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menjadi penting untuk menyempurnakan yang rekursif, fleksibel, dan dinamis.
















BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan
      teori konstruktivisme adalah teori yang memahami belajar sebagai kegiatan manusia yang bersifat membangun dan menciptakan suatu pengetahuan dengan memberi makna pengetahuannya yang sesuai dengan pengalaman seseorang yang mempunyai pengetahuan lebih dinamis. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Jadi peran seorang guru harus mampu membimbing peserta didik agar mampu meningkatkan kualitasnya secara baik agar mampu berkembang dan mendapaktan ilmu yang sangat bermanfaat bagi peserta didik ke depannya.

3.2    Saran

    Dalam sistem pembelajaran konstruktivisme guru harus mampu menguasai tata cara yang telah di tentukan dalam teori konstruktivisme . agar peserta didik dapat mendapatkan cara pengajaran yang baik dan mampu mengembangkan peserta didik di dasarkan oleh kemampuanya, agar peserta didik tidak menyimpang dan terganggu dalam pembelajaran yang di sebabkan oleh guru tidak mampu menerapkan sistem pembelajaran menggunakan teori konstruktivesme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar